Kemeriahan Imlek 2016 dan Berbagai Persoalan Yang Menyelimuti Disekitarnya


Kemeriahan Imlek 2016 dan Berbagai Persoalan Yang Menyelimuti Disekitarnya
Indonesia - Perayaan Tahun Baru Imlek 2567 nampaknya di sambut dengan sangat antusias oleh berbagai kalangan dari yang tua hingga muda, orang kaya maupun orang menengah ke bawah, orang cina maupun orang jawa, di ibukota hingga ke pelosok desa. Umat Tionghoa pun terlihat asyik merangkai konsep untuk merayakan pesta yang jatuh hari ini.

Mungkin ini akan ada di benak semua orang yang bukan keturunan china, apakah imlek ada kaitannya dengan ritual keagamaan tertentu? Atau hanya kebudayaan bangsa china?

Di perayaan Imlek yang jatuh pada hari ini, banyak orang Budha dan Konghucu berdatangan ke wihara dan klenteng untuk sembahyang dan berdoa kepada dewa dan para leluhur. Hal ini makin menguatkan persepsi kalau Imlek adalah termasuk perayaan ritual agama Konghucu atau Budha. Padahal yang kita tahu bahwa hari raya umat Budha adalah Tri Suci Waisak. Sedangkan hari raya Konghucu adalah hari lahir Nabi Khong Hu Cu, hari wafatnya, dan hari Genta Rohani.
Kemeriahan Imlek 2016 dan Berbagai Persoalan Yang Menyelimuti Disekitarnya

Menurut Didi Kwartanada seorang sejarawan " perayaan Imlek itu sebenarnya merupakan pesta rakyat orang Tionghoa yang sudah menjadi kebudayaan dalam kurun waktu setahun sekali"
"Imlek itu ya pesta rakyatnya orang Tiongkok (Tionghoa). Ini memang sering diperdebatkan apalagi sejak zamannya Pak Gus Dur menjabat jadi presiden dan dia menetapkan libur ditiap imlek,"imbuhnya ketika ditemui pada 5 Februari 2016.

"Imlek tetap suatu budaya yang namun dijadikan hari libur nasional. Imlek disetarakan libur sama halnya seperti libur Idul Fitri untuk umat muslim, libur Natal untuk umat Kristen, dan umat agama lainnya. Sehingga banyak yang mengaitkan dengan libur agama, padahal Imlek kebudayaan. Imlek ini sama seperti orang Jawa mencuci keris saat malam satu suro. Sesimpel itu saja," Ungkapnya.

Begitu juga dengan hal yang diungkapkan oleh Budiyono Tantrayoga seorang Pengamat  Budaya Tionghoa.  Menurutnya, perayaan Imlek merupakan pesta rakyat orang Tionghoa yang dirayakan selama 15 hari dari tanggal satu Imlek hingga ditutup pada tanggal 15 melalui perayaan Cap Go Meh.

"Inti dari perayaan Imlek adalah mensyukuri anugerah yang telah diberikan Tuhan dan memohon perlindungan di masa mendatang. Selain itu Imlek juga dijadikan sarana untuk saling mengunjungi kerabat. Biasanya yang muda mengunjungi yang tua, kemudian yang tua memberikan semacam hadiah yang biasa disebut angpao kepada yang muda. Memang Imlek itu memiliki kaitan erat terutama dengan Konghucu, tapi sebenarnya Imlek bukan semata perayaan ritual keagamaan. Imlek sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Bahkan sebelum orang-orang Tionghoa mengenal agama definitif seperti Tao dan Konghucu," ucap Budi.

Kalender Imlek pada dasarnya menganut perhitungan penanggalan berdasarkan peredaran bulan (lunar calender). Tidak seperti kalender masehi yang berdasarkan peredaran matahari (solar calender).

Budiyono yang merupakan Ketua Umum Dewan Klenteng Indonesia. menambahkan "Perayaan musim semi sudah ada sejak zaman pra sejarah. Namun ajaran Tao dan Konghucu baru muncul sekitar tahun 600 atau 500 sebelum masehi, yaitu pada masa dinasti Zhou. Begitu juga Budha yang baru muncul pada tahun 65 masehi di era dinasti Han,"

"Bagi yang beragama Konghucu, Imlek menjadi perayaan agama. Tapi bagi umat lain bak itu Islam atau Kristen keturunan China, Imlek bermakna budaya," paparnya.

Humas Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Boen Tek Bio Kota Tangerang, Oey Tjin Eng memandang perayaan Imlek bisa dipandang sebagai perayaan agama tapi bisa juga hanya budaya.

Sementara itu, tokoh agama Budha Biksu Dutavira Mahasthavira menyatakan bahwa Imlek itu bukan termasuk perayaan ritual agama melainkan budaya Tionghoa. "Imlek sudah dirayakan sejak 7 ribu tahun silam. Imlek bukanlah agama melainkan sebuah budaya yang harus dirayakan demi menjaga nilai-nilai leluhur," ucapnya.
Kemeriahan Imlek 2016 dan Berbagai Persoalan Yang Menyelimuti Disekitarnya

Meskipun banyaknya pihak yang mempersoalkan tentang budaya dan keagamaan, sebuah klenteng yang berada di  Gedong Batu, Simongan, Kota Semarang yaitu Klenteng Sam Po Kong. Di perayaan Imlek kali ini sangat ramai dikunjungi oleh berbagai etnis etnis Tionghoa sebagai tempat pemujaan.

Selain itu, ternyata di balik kemeriahan Imlek 2016 kali ini, masih terselip mitos-mitos warga keturunan china di indonesia misalnya saat imlek warga Tionghoa dianjurkan memakai baju warna hijau untuk tolak bala dan masih banyak lagi. Masih banyak juga mitos-mitos lain seputar warga Tionghoa yang masih terselip. Apapun itu budayanya, setidaknya kita harus saling menghargai satu sama lain.

Dikutip dari berbagai sumber.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama