Mengapa Minyak Goreng Langka dan Mahal


Mengapa Minyak Goreng Langka dan Mahal


Mengapa Minyak Goreng Langka dan Mahal

Penulis : Urip Widodo, SE

(Sekretaris PDM Pemalang )


Permasalahan yang dihadapi oleh Ibu-ibu Aisyiyah kita pada saat ini, termasuk Ibu-ibu NA yang sudah berumah tangga adalah Minyak Goreng yang langka dan harganya yang mahal, kalaupun ada yang murah harus antri berjam-jam dan belum tentu dapat. Minyak Goreng merupakan kebutuhan dari setiap rumah tangga di Indonesia, Mungkin diseluruh dunia. 

Dulu ketika Pohon Kelapa (Nyiur) masih banyak tumbuh di Indonesia (ingat lagu “Rayuan Pulau Kelapa” Ismail Marzuki) orang membuat minyak goreng dari buah kelapa yang dalam bahasa lokal disebut “ Minyak Klentik” yang diproduksi oleh usaha – usaha kecil dipedesaan.  Sekarang setelah pohon kelapa sudah langka, kalau pun ada buahnya dipetik waktu masih muda untuk dijadikan Es Kelapa Muda, akibatnya dipedesaan sudah tidak ada lagi orang yang membuat Minyak Klentik.

Minyak Goreng yang sekarang diproduksi oleh pabrik – pabrik besar tidak menggunakan buah kelapa lagi sebagai bahan bakunya tapi dari Minyak Kelapa Sawit atau Crude Palm Oil (CPO) selanjutnya disebut saja CPO.

Prosesnya setelah buah/tandan kelapa sawit dipetik lalu diolah menjadi CPO. Dari CPO lalu diolah lagi menjadi Minyak Goreng dan Bahan Bakar Mobil yang disebut BIOSOLAR, sedangkan BBM solar yang bahannya dari Minyak Bumi sekarang disebut DEXLITE yang harganya lebih mahal dari BIOSOLAR. Kelebihan BIOSOLAR dibandingkan dengan DEXLITE adalah Kadar Polutan (pembuat polusi udara) lebih rendah BIOSOLAR  dibandingkan dengan Dexlite. 

Indonesia karena luasnya kebun – kebun kelapa sawit menjadi penghasil CPO terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Tetapi hasil produksinya lebih banyak diekspor ke Negara – negara barat (Amerika dan Eropa) untuk diolah menjadi BIOSOLAR bukan untuk menjadi Minyak Goreng, karena orang – orang disana lebih senang menggunakan Minyak Goreng dengan bahan dasar Kedele atau Jagung yang tidak mengandung lemak jenuh kadar kolesterolnya 0% dibandingkan minyak goreng dari CPO yang mengandung lemak jenuh dan kadar kolesterolnya mencapai 5%. 

Disamping diekspor ke barat, CPO ini juga dijual ke kilang – kilang Pertamina yang memproduksi BIOSOLAR, dan BIOSOLAR ini bukan hanya dipergunakan oleh kendaraan yang menyangkut hajat hidup orang banyak semacam BUS dan TRUCK tapi juga kepada orang – orang kaya yang memiliki mobil – mobil mewah seperti Toyota Alphad, Fortuner, Innova dan sebagainya. Yang diharapkan dari Pemerintah sekarang adalah bisa membuat Regulasi yang mengatur keseimbangan antara CPO yang di ekspor, yang dijual kepada kilang – kilang Pertamina untuk dibuat BIOSOLAR dan kepada Pabrik – pabrik Minyak Goreng untuk memenuhi kebutuhan Minyak Goreng didalam negeri. 

Kita berdoa saja agar itu dapat dilaksanakan oleh Pemerintah mengenai isu – isu ada penimbunan Minyak Goreng memang ada, tapi jumlahnya tidak terlalu berpengaruh terhadap kelangkaan dan mahalnya harga Minyak Goreng, sumber masalahnya ya seperti yang disampaikan diatas.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama