Secangkir Kopi Jadi Saksi Hilangnya Nyawa Mat Rolan

Secangkir Kopi Jadi Saksi Hilangnya Nyawa Mat Rolan - Baru-baru ini, Surabaya tengah digegerkan oleh peristiwa tragis yang merenggut nyawa Mat Rolan. 
Berawal dari secangkir kopi yang  dinikmati oleh Mat Rolan berhasil menggegerkan warga di Jalan Kemudi Nomor 2, Kelurahan Krembangan Utara, Pabean Cantikan, Surabaya. Kopi ini telah menjadi saksi awal mula terjadinya adu mulut Mat Rolan dengan Sutekno dan anaknya Rosyid.
 
Peristiwa yang diawali oleh cekcok mulut tersebut membuat Mat rolan harus meregang nyawa setelah dibantai oleh Ayah dan Anak tersebut. Keduanya merupakan warga Jalan Dapuan Gang Lebar Surabaya. Kejadian ini langsung ditangani petugas Polsek Pabean Cantikan. Berdasarkan informasi yang diperoleh Radar Surabaya. Ternyata kejadian tersebut bermula saat Mat Rolan meminta Sutekno untuk meninggalkan rumahnya yang telah disewa sejak 15 tahun silam dengan hanya membayar Rp 3 juta. Alasannya, rumah tersebut akan dijual Mat Rolan kepada orang lain. Permintaan ini ditolak mentan-mentah oleh Sutekno yang merasa sudah membeli rumah petak itu seharga Rp 3 juta pada 15 tahun yang lalu. 

Padahal menurut Mat Rolan, rumah itu hanya disewakan atau dikontrakkan ke Sutekno dan bukan dijual. "Karena beda pendapat itulah, timbul perselisihan," ungkap mantan istri Mat Rolan yang enggan menyebutkan namanya, Minggu (9/10). Dalam perselisihan itu, Mat Rolan mengatakan akan mengambalikan uang Sutekno Rp 3 juta asal dia mau segera meninggalkan rumah itu. 

Hanya saja, Sutekno kukuh menolak dan sebaliknya malah meminta Mat Rolan membayar uang ganti rugi Rp 30 juta jika ingin dirinya pergi dari rumah kecil itu. Sebab menurut Sutekno, uang Rp 3 juta pada sekitar tahun 2000-an itu nilainya cukup besar. Namun, Mat Rolan jelas menolak mentah-mentah permintaan Sutekno itu. "Bahkan, Mat Rolan sempat menawarkan uang Rp 10 juta kepada Sutekno namun uang itu tetap ditolak," lanjut istri kedua dari enam istri pria asal Bangkalan itu. 

Puncaknya berakhir pada Minggu pagi, Sutekno mengajak anaknya Rosyid untuk duduk bersama berunding dengan Mat Rolan di rumahnya. Awalnya, perundingan tersebut berjalan damai. Bahkan, Mereka sempat bercanda sambil minum secangkir kopi hangat. Namun, tiba-tiba antara Sutekno dan Mat Rolan bersitegang. Bahkan, keduanya terlibat adu pukul. Setelah itu, Sutekno menyuruh anaknya untuk mengambil celurit yang ada di dalam rumah. Mendengar permintaan ayahnya tersebut, Rosyid berlari ke dalam rumah dan mengambil sebuah celurit. Setelah kembali, Rosyid langsung menyabetkan celurit itu hingga mengenai tangan kiri Mat Rolan yang coba menangkisnya. Sabetan pertama itu, celurit terjatuh. 

Namun segera diambil oleh Sutekno dan disabetkan lagi hingga mengenai perut korban. Sabetan kedua inilah yang langsung membuat Mat Rolan tewas di lokasi kejadian. 

Kanit Reskrim Polsek Pabean Cantikan Iptu Tritiko Gesang Hariyanto saat dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. Dia mengaku jika pihaknya masih melakukan pengejaran terhadap kedua pelaku yang usai kejadian langsung melarikan diri. “Kami juga tengah memeriksa saksi-saksi dari keluarga korban untuk mengetahui motif kejadian ini,” ungkap Tritiko. Polisi mengamankan barang bukti berupa sebilah celurit yang terdapat noda darah setelah dipakai kedua ayah dan anak membunuh korban. Selain itu, barang bukti lain seperti sandal korban dan secangkir kopi juga ikut diamankan.

Dikutip dari http://m.jpnn.com

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama