Kontroversial Virus Zika dan Perkembangannya Dengan Rekayasa Genetik

Baru-baru ini masyarakat dunia digemparkan dengan menyebarnya virus zika di beberapa negara. Namun dibalik itu semua, ada fakta yang mengejutkan yang dilansir dari berbagai sumber. Mewabahnya Virus Zika di Brasil, memicu spekulasi liar di kalangan ilmuwan. Beberapa forum ilmiah Negeri Samba menuding penyakit yang berbahaya bagi ibu hamil itu menular cepat akibat eksperimen nyamuk pada 2012.

Eksperimen yang dimaksud, dilakukan oleh Oxitec, perusahaan bioteknologi asal Inggris dengan pembangunan pabrik-pabrik yang menghasilkan bibit-bibit nyamuk rekayasa genetika. Empat tahun lalu, Oxitec menjalankan rekayasa genetik nyamuk aedes aegypti. Mereka menyebar 'nyamuk mandul' di Brasil untuk uji coba.

Tujuan rekayasa itu adalah menghilangkan kemampuan reproduksi nyamuk jantan sebelum betinanya bertelur, sehingga penyakit-penyakit yang mudah menular oleh aedes aegypti bisa berkurang. Nyamuk ini dikenal sanggup menularkan demam berdarah, demam kuning, dan chikungunya, khususnya di negara-negara berkembang.

Forum Internet di Brasil kemudian berspekulasi, bahwa eksperimen Oxitec justru menjadi bumerang karena nyamuk-nyamuk 'mandul' itu beralih membawa virus zika. Selain menjadi boomerang, virus zika ini diduga penyebab terjadinya bayi cacat yang lahir dari ibu hamil yang terinfeksi virus zika ini.

Direktur Utama Oxitec, Hadyn Parry, membantah tudingan tersebut. "Tuduhan ini sangat tidak berdasar. Uji coba nyamuk kami sudah melalui pelbagai tahap, sangat rendah risiko, serta terbukti efektif mengurangi penyakit menular," ujarnya. Oxitec mengklaim, nyamuk yang dimodifikasi secara genetik itu tidak akan menyebarkan penyakit. Karena, hanya nyamuk betina yang menggigit. Nyamuk tersebut adalah Aedes aegypti, yang juga menyebarkan virus demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya. Penelitian tersebut dilakukan di Piracicaba, Provinsi Sao Paolo, Brasil.

Oxitec berusaha menciptakan varian spesies nyamuk mandul sejak 2002. Selain di Brasil, nyamuk mandul dilepas pula di Malaysia, India, serta Kepulauan Cayman.

Salah satu pakar yang menduga ada keterkaitan antara eksperimen nyamuk empat tahun lalu dengan merebaknya zika, adalah Helen Wallace. Pendiri organisasi Genewatch ini menyatakan harus diteliti ulang apakah nyamuk yang telah direkayasa genetik, sekarang menjadi pembawa virus Zika.

"Uji coba semacam itu seringkali lebih banyak dampak buruknya dibanding memberi manfaat," kata Wallace.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan 4 juta orang telah terjangkit Zika di seluruh dunia. Selain mewabah di Amerika Latin dan Karibia, Virus ini telah merambah pasien di Inggris, Prancis, dan Denmark. Belum ada perusahaan farmasi yang memiliki vaksin untuk menanggulangi Zika. WHO akan segera menggelar pertemuan darurat awal Februari ini.

"Penyebaran virus Zika terlanjur meluas," kata Ketua WHO Margaret Chan akhir Januari lalu.

Zika tidak berbahaya bagi orang dewasa, tapi sangat berpeluang mengancam kesehatan janin. Di Brasil, tahun lalu nyaris 4 ribu bayi lahir dengan kepala kecil (microchepaly) akibat wabah Zika. Penyakit tersebut bahkan mewabah di sekitar Amerika Selatan yang dikaitkan dengan lonjakan bayi dengan cacat lahir microcephaly.

Microcephaly merupakan kondisi langka di mana bayi yang baru lahir memiliki ukuran otak yang lebih kecil dan tidak berkembang dengan baik.

Sampai saat ini virus yang satu ini masih jadi kontroversi, namun hal itu tidak menjadi beban bisa jadi akan tiba-tiba menghilang seperti kasus virus Ebola.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama